Istidraj: Nikmat yang Justeru Membawa Bencana
Istidraj adalah adalah pemberian nikmat Allah kepada manusia yang pemberian itu tidak diridhai oleh- Nya karena digunakan untuk perbuatan yang melanggar perintah-Nya. Inilah istidraj. Rasullulah saw bersabda : "Bila kalian melihat Allah memberi nikmat kepada hamba-Nya yang selalu berlaku maksiat (durhaka), ketahuilah bahwa orang itu telah diistidrajkan oleh Allah SWT." (Diriwayatkan oleh At-Tabrani, Ahmad dan Al-Baihaqi)
Ada orang yang sholat 5 waktu sehari semalam, bangun tengah malam bertahajjud, puasa bukan di bulan Ramadhan saja, bahkan puasa Senin Kamis dan puasa sunat yang lain. Tapi, hidup mereka biasa saja. Bahkan tidak sedikit yang mengalami situasi sulit. Sementara ada pula orang yang seumur hidup tak sholat, puasa pun tak pernah, rumahnya sangat indah, mobil berjejer, uang melimpah dan hidup dalam kekayaan serta kemewahan. Bi la ditanya, apakah kalian tidak takut mati? Ada yang menjawab, “Aaahh… semua orang juga akan mati. Dan kalau masuk neraka, akan masuk ramai-ramai.” Inna lillah…. Demikianlah kesombongan manusia.
Manusia yang diistidraj oleh Allah adalah manusia yang lupa daratan. Walaupun berbuat maksiat, dia merasa Allah menyayanginya. Mereka bahkan memandang hina kepada orang yang beramal. "Dia tuh siang malam ke masjid, tapi tetap saja tidak mampu membeli kendaraan… Sedangkan saya sering pesta, dengan mobil mewah. Tak susah susah beribadah, tapi rezeki datang….” Begitu mungkin yang terbetik dalam hatinya.
Ingat, kadang-kadang Allah memberi nikmat yang banyak dengan tujuan untuk memberi pelajaran, menguji dan bahkan menghancurkan orang yang diberi-Nya.
Seorang salafushalih dalam kitab Nashaihul Ibad, pernah mengatakan, "Apabila Allah menghendaki untuk membinasakan semut, Allah terbangkan semua itu dengan dua sayapnya". Anai-anai, jika tidak bersayap, maka dia akan duduk diam di bawah batu atau merayap di celah-celah daun, tetapi jika Allah hendak membinasakannya, Allah berikan dia sayap. Lalu, bila sudah mendapat (nikmat) bersayap, anai-anai akan mencoba melawan api. Begitu juga manusia, bila mendapat nikmat, ada yang mencoba hendak melawan Allah swt.
Firaun. Nikmatnya tak terkira, tidak pernah sakit. Allah memberinya nikmat kesehatan. Orang lain selalu sakit, tapi Firaun tidak, orang lain mati,namun dia masih belum mati-mati juga, sampai ia merasa angkuh dan besar kemudian mengaku dirinya tuhan. Tapi dengan nikmat itulah Allah binasakan dia.
Namrud, yang pernah mencoba membakar Nabi Ibrahim. Betapa besar pangkat Namrud? Dia begitu sombong dengan Allah, akhirnya dalam sebuah riwayat disebutkan ia menemui ajalnya hanya disebabkan seekor nyamuk yang masuk ke dalam lubang hidungnya.
Tidak ada manusia hari ini sekaya Qarun. Anak kunci gudang hartanya saja harus dibawa 40 ekor unta. Tapi lihatlah. Akhirnya dia ditenggelamkan bersama hartanya akibat terlalu takabbur.
Jadi kalau kita kaya, jangan sangka Allah sayang.
Jadi, jika kita kaji terjawablah segala keraguan yang mengganggu pikiran kita. Mengapa orang kafir kaya, dan orang yang berbuat maksiat hidup senang /mewah. Pemberian yang diberikan oleh Allah pada mereka bukanlah pemberian yang diridhai Allah karena semuanya digunakan untuk kemaksiatan. Rupanya semua anugerah itu adalah untuk menghancurkannya. Lalu, untuk apa hidup tanpa keridhaan Allah? Wallahu’alam (ENS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar